Merek dan Kebutuhan

Nike, Adidas, All Star, Converse, Hermes, Gucci, siapa yang belum pernah mendengar nama – nama tersebut? Di era modern seperti saat ini, nama – nama atau merek asing ini sudah tidak asing lagi, terutama bagi kalangan remaja. Dapat dikatakan, saat ini kebutuhan akan sebuah merek menyaingi kebutuhan barang yang sesungguhnya. Hal seperti ini biasanya terjadi di kalangan pelajar tingkat akhir atau mahasiswa.
Menurut KBBI, merek adalah tanda yang dikenakan oleh pengusaha (pabrik, produsen) pada barang yang dihasilkan sebagai tanda pengenal (cap), merek biasanya juga menunjukan suatu keunggulan atau kualitas barang. Merek – merek besar yang sudah mendunia pada awalnya hanyalah sebuah produk lokal kawasan tertentu. Kepuasan konsumen akan kualitas produk – produk inilah yang membuat merek tersebut melambung. Produk lokal ini pun akan mulai dilirik keberadaannya, baik atlet, aktor, aktris, penyanyi maupun tokoh yang dikenal masyarakat menggunakan produk tersebut. Hal ini lah yang membuat harga – harga produk yang tadinya tidak terlalu mahal akan ikut melambung seiring popularitasnya. Biasanya, para remaja yang mengicar barang – barang bermerek seperti ini karena ingin mengikuti artis idola mereka, sedangkan pemikiran tentang kualitas dikesampingkan.
Di kalangan remaja saat ini sebuah merek bukan hanya menjadi tempelan barang biasa. Tidak bisa dipungkiri jika saat ini para remaja lebih cemderung melihat ke arah “Apa mereknya?” dibandingkan “Apa barangnya?”. Kebutuhan akan sebuah merek ini terjadi akibat dampak negatif dari globalisasi. Globalisasi memberikan kesempatan yang sangat luas pada pasar bebas sehingga barang – barang impor akan dengan mudah masuk ke Indonesia. Barang – barang bermerek dunia pun akan mudah dimiliki. Kebutuhan akan barang bermerek ini juga terjadi karena adanya pandangan bahwa semakin bermerek barang yang gunakan, derajat sosial akan semakin meningkat. Akibat persaingan merek yang terjadi di antara para remaja ini dapat menimbulkan kecemburuan sosial. Mereka yang kurang mampu membeli barang bermerek akan memaksakan diri untuk mengikuti trend. Jika hal ini tidak terpunuhi kemungkinan akan timbul rasa kurang percaya diri dan minder pada diri remaja tersebut.
Membicarakan barang bermerek tidak akan lepas dari barang KW. 'KW' berasal dari kata kwalitas = kualitas yang konotasinya berarti 'tiruan'. Awalnya populer di kalangan produk tas wanita (branded atau bermerek terkenal), oleh pedagang untuk memudahkan pengkategorian kualitas dengan masing - masing range harganya, seperti : kualitas (tiruan) super, kualitas 1 atau kualitas 2, disingkat : KW super, KW1, KW2. Untuk KW super berarti yang terbaik mendekati aslinya, sedangkan KW1 berada di peringkat bawahnya. Akhirnya meluas menjadi istilah untuk produk – produk lain dalam menyatakan kualitas tiruannya. Produk – produk KW seperti ini banyak diminati oleh konsumen remaja. Biasanya, karena mereka tidak mampu memberi produk yang asli. Meskipun produk KW memiliki kualitas yang tidak sebaik produk asli, produk KW juga bisa digunakan dalam jangka waktu yang lama. Barang – barang KW inilah yang menjadi jalan alternatif para remaja untuk mengikuti trend di lingkungan sosial mereka. Dengan demikian, mereka akan merasa derajat sosial mereka terangkat seiring dengan merek yang mereka pakai.
Menggunakan barang bermerek memang memberikan kepuasan batin tersendiri bagi pemakainya. Tetapi apa yang perlu dibanggakan kalau barang – barang tersebut dibeli menggunakan uang orang tua?

Komentar

Postingan Populer