FILOSOFI SEMUT

Minggu 12 April 2015, Outbond Inisiasi SP2KM (Sahabat Percepatan Pengembangan Kepemimpinan Mahasiswa) oleh Ditmawa UGM.


Setengah hari yang sangat menyenangkan dan menginspirasi, sekiranya itu deskripsi singkat yang saya rasakan saat itu. Beruntung sekali rasanya bisa menjadi bagian dari keluarga SP2KM ini. Baru kegiatan kedua dalam serangkaian program SP2KM, masih banyak kegiatan yang harus menjadi tanggung jawab dan komitmen sampai 6 bulan ke depan. Ya, sejauh ini kesan menyenangkan dan menginspirasi lah yang saya dapatkan. Sepulang dari kegiatan ini di kepala saya selalu bergerumul ide-ide dan semangat, entah obat bius apa yang mereka berikan.
Filosofi semut oleh Pak Senawi
Dari serangkaian kegiatan outbond dengan berbagai makna di setiap kegiatannya, seperti komunikasi, komitmen, kerjasama, dan motivasi, ada satu hal yang sangat saya ingat dan mengena di hati. Ya, pidato singkat dari Pak Senawi saat di akhir kegiatan.
“Kenapa dalam kehidupan sehari-hari ditanamkan pemahaman gajah kalah dengan semut? Misalkan saat kita melakukan suit.”

Benar saja, selama ini saya menyadari dan menerima pengetahuan itu mentah-mentah. Tanpa pemahaman.

“Semut itu, sekumpulan binatang kecil-kecil yang selalu hidup berkelompok. Semut-semut tidak bisa bisa dipisahkan dari kelompok, mereka selalu bekerjasama. Itulah kekuatan semut. Begitu pula dengan manusia, kumpulan manusia biasa-biasa saja bisa jadi lebih hebat daripada satu orang luar biasa.”

Fenomena ini yang kadang perlu diwaspadai dalam era globalisasi saat ini, ketika individu merasa mampu berjalan sendiri dan merasa gadget lebih bisa diandalkan daripada sesama. Semut mengajarkan kita akan kerjasama dan bersosialisasi. Seberapapun kehebatanmu jika hanya kamu gunakan sendiri dan tidak ada yang mengakui, sama saja. Individualistik vs kolektivistik, kata orang-orang itu perumpamaan budaya timur vs budaya barat. Saya rasa hal itu semakin terkikis. Ketika barat sebagai negara kiblat modernisasi, kebudayaan ikut terancam tanpa sadar.

Memilih berbalik badan acuh tak mau tau,
Memilih berjalan mengikuti arus,
Atau kah memilih berani bergerak menyelamatkan?

“Perubahan belum tentu baik, tetapi perbaikan butuh perubahan.” – Pak Senawi, 2015.

Komentar

Postingan Populer